Teuku Chik Muhammad Johan Alamsyah: Uleebalang Peusangan dan Arsitek Pendidikan Aceh Abad ke-XX

Pendahuluan

Teuku Chik Muhammad Johan Alamsyah (1890–1990), yang bergelar Ampon Chik Peusangan, adalah salah satu tokoh sentral dalam sejarah Aceh abad ke-20. Sebagai Uleebalang (pemimpin adat) Nanggroe Peusangan, ia dikenal sebagai figur yang menggabungkan kepemimpinan politik, visi pendidikan, dan diplomasi untuk membangun kemandirian masyarakat Aceh di tengah tekanan kolonial Belanda dan dinamika revolusi sosial pasca-kemerdekaan. Artikel ini mengulas perjalanan hidup, strategi perjuangan, serta warisan intelektualnya yang masih relevan hingga kini.

Latar Belakang dan Silsilah

Lahir di Pulo Iboh, Matangglumpang Dua, pada 25 Juni 1890, Teuku Chik Muhammad Johan Alamsyah adalah putra dari Teuku Chik Syamaun, Uleebalang Peusangan yang gigih melawan Belanda, dan Pocut Unggaih, putri Uleebalang Meureudu. Keluarganya merupakan keturunan generasi ke-9 pengungsi Dinasti Abbasiyah yang tiba di Aceh pada abad ke-13 setelah invasi Mongol (lihat). Silsilah ini menempatkannya sebagai bagian dari elite intelektual dan politik Aceh yang memiliki akar kuat dalam tradisi Islam dan pemerintahan.

Masa Kecil dan Pendidikan
Pada usia 10 tahun, ia dikukuhkan sebagai Uleebalang Peusangan oleh Sultan Aceh, Tuanku Muhammad Daud Syah, menggantikan ayahnya yang wafat saat bergerilya melawan Belanda. Pengukuhan ini dilakukan secara diam-diam di Matangglumpang Dua untuk menghindari campur tangan kolonial (lihat).

Belanda berusaha "menjinakkan" pengaruhnya dengan membawanya ke Kutaraja (Banda Aceh) untuk dididik di sekolah Guru Muhammad Djam, seorang pendidik Minangkabau. Di sini, ia mempelajari matematika, bahasa Melayu, sejarah, dan etika pergaulan Belanda. Meski awalnya ditentang ibunya (Pocut Unggaih) karena khawatir pengaruh "kafir", akhirnya ia diizinkan belajar dengan syarat ditemani seorang teman, Abdul Karim.

Strategi Kepemimpinan dan Diplomasi
Berbeda dengan ayahnya yang memilih konfrontasi langsung, Ampon Chik Peusangan mengadopsi pendekatan diplomasi pragmatis untuk melindungi rakyatnya:
Jenderal Swart bersama Teuku Johan_Alamsyah
T Djohan Alamsyah Beserta Keluarga

  1. Pemulihan Ekonomi: Pasca-perang, Peusangan mengalami krisis ekonomi. Ia memulihkan sektor pertanian dan perdagangan dengan memanfaatkan lahan subur dan posisi geografis strategis di jalur Banda Aceh-Medan.
  2. Pendidikan sebagai Senjata: Ia meyakini bahwa pendidikan adalah kunci kemerdekaan. Pada 1929, bersama ulama seperti Teungku Abdurrahman Meunasah Meucap, ia mendirikan Jami’ah Almuslim, lembaga pendidikan yang menggabungkan kurikulum agama dan umum. Sekolah ini menjadi cikal bakal lahirnya Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) pada 1939.
  3. Pemindahan Makam Ayah: Untuk simbol rekonsiliasi, ia memindahkan makam Teuku Chik Syamaun dari hutan ke Gle Sabe, dekat pasar tradisional Matangglumpang Dua, sebagai upaya memisahkan masa lalu perang dengan pembangunan masa depan.
Peran dalam Revolusi Sosial Aceh (1945–1946)
Pasca-kemerdekaan Indonesia, Aceh dilanda revolusi sosial yang dipimpin kelompok PUSA pimpinan Teungku Daud Beureueh. Gerakan ini menargetkan Uleebalang yang dianggap kolaborator Belanda. Meski Ampon Chik Peusangan sempat menjadi target, ia selamat berkat hubungan baiknya dengan ulama dan rakyat. Namun, banyak Uleebalang lain dibantai oleh Tentara Perjuangan Rakyat (TPR) pimpinan Teungku Amir Husin Al-Mujahid, yang dijuluki "Napoleon Bonaparte Aceh".
Warisan dan Kontribusi Abadi

  • Jami’ah Almuslim: Lembaga ini melahirkan tokoh-tokoh intelektual Aceh, termasuk pendiri Universitas Syiah Kuala dan UIN Ar-Raniry. Alumni Almuslim tersebar hingga Malaysia, membawa pengaruh keagamaan dan pendidikan yang progresif.
  • Pemersatu Ulama dan Umara: Kolaborasinya dengan ulama dalam membentuk PUSA menjadi model integrasi agama dan pemerintahan, yang kemudian menginspirasi Majelis Ulama Indonesia (MUI).
  • Pelestarian Budaya: Istana Pulo Iboh, kediamannya, menjadi simbol arsitektur dan sejarah Peusangan, meski kini sebagian telah rusak.

Kematian dan Penghargaan
Ampon Chik Peusangan wafat pada 11 Maret 1990 dalam usia 99 tahun. Meski belum secara resmi ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional, kontribusinya dalam pendidikan dan diplomasi diakui sebagai fondasi kemajuan Aceh modern. Namanya diabadikan dalam literasi sejarah lokal dan menjadi inspirasi bagi gerakan pendidikan di Indonesia.

Kesimpulan
Teuku Chik Muhammad Johan Alamsyah adalah contoh pemimpin yang memahami bahwa perjuangan tidak selalu melalui konflik bersenjata, tetapi juga melalui transformasi sosial dan intelektual. Visinya tentang pendidikan sebagai alat emansipasi dan diplomasi yang manusiawi layak menjadi pelajaran bagi generasi masa kini.

Daftar Pustaka

  1. Wikipedia Indonesia: "Teuku Chik Muhammad Johan Alamsyah"
  2. Serambinews.com: Analisis Peran Peusangan
  3. Blog Hokarajalon: Biografi Mendalam Ampon Chik
  4. Dokumen Silsilah dari Scribd
  5. Facebook Seujarahindatu: Genealogi Peusangan 10
  6. www.wikiwand.com

Belum ada Komentar untuk "Teuku Chik Muhammad Johan Alamsyah: Uleebalang Peusangan dan Arsitek Pendidikan Aceh Abad ke-XX"

Posting Komentar

Top Ad Articles

Middle ad article 1

Middle ad article 2

Iklan under Artikel